JAKARTA bekasitoday.com– Aktivis pecinta alam dari komunitas Top Ranger and Mountain Pathfinder (TRAMP), Dar Edi Yoga, menyampaikan keprihatinan mendalam atas kondisi kerusakan hutan di Indonesia yang dinilainya masih berada pada tahap mengkhawatirkan. Meski data terbaru menunjukkan adanya penurunan laju deforestasi bersih, ia menegaskan bahwa kerusakan hutan primer masih berlangsung signifikan dan terus menimbulkan dampak luas bagi masyarakat di berbagai daerah.
Menurut Dar Edi Yoga, kerusakan hutan tidak bisa hanya dilihat sebagai angka statistik, melainkan ancaman nyata terhadap kelestarian ekosistem dan keselamatan manusia. Ia mengungkapkan, ekspansi perkebunan kelapa sawit, aktivitas penebangan liar (illegal logging), pembakaran hutan, serta pembangunan infrastruktur dan pertambangan masih menjadi pendorong utama hilangnya jutaan hektare hutan alam Indonesia.
“Di lapangan, kami melihat sendiri bagaimana hutan yang dulu menjadi ruang hidup flora dan fauna kini berubah menjadi area terbuka yang rapuh. Ketika hutan hilang, bencana datang tanpa bisa dicegah, “ujar Dar Edi Yoga, Senin (8/12/2025).
Aktivis yang juga aktif mendampingi edukasi komunitas akar rumput ini menambahkan, hilangnya tutupan hutan telah memicu ancaman lanjutan berupa menurunnya keanekaragaman hayati, hilangnya habitat satwa endemik, hingga meningkatnya risiko bencana seperti banjir bandang, tanah longsor, dan krisis air bersih di wilayah rawan.
Dar Edi Yoga menilai bahwa penurunan angka deforestasi bersih tidak boleh membuat publik merasa aman. Ia menekankan pentingnya perlindungan hutan primer, penguatan sistem pengawasan, perbaikan tata kelola perizinan, serta dorongan bagi komunitas pecinta alam untuk terlibat dalam pengawasan mandiri di lapangan.
“Hutan adalah paru dan perisai alami Indonesia. Jika kita gagal menjaganya hari ini, kita sedang menyerahkan generasi berikutnya pada krisis yang kita ciptakan sendiri, “tegasnya. Diketahui, Dar Edi Yoga juga merupakan pendiri klub pecinta alam Elpala SMA 68 Jakarta.
Komunitas TRAMP, yang aktif dalam kegiatan pengamatan ekologi, pendakian konservatif, dan pembersihan jalur gunung, menyatakan kesiapannya memperluas kolaborasi dengan masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha. Langkah ini dilakukan untuk memperkuat efektivitas dan keberlanjutan upaya perlindungan hutan di Indonesia.
Di akhir pandangannya, Dar Edi Yoga menyerukan agar seluruh pihak memandang hutan bukan sebagai komoditas semata, melainkan warisan hidup yang wajib dijaga bersama demi masa depan generasi bangsa.(Nr).
![]()
