Suara Tribun, Nafas Klub: The Jakmania dan Finansial Persija

The jakmania dan finansial persija
Foto: Tribunnews

Jakarta International Stadium (JIS) kembali membuktikan diri sebagai magnet baru sepak bola Indonesia. Sejak awal musim BRI Super League 2025/2026, dua laga kandang Persija Jakarta di stadion megah itu mencatatkan rekor luar biasa. Pada pekan pertama, duel Persija kontra Persita Tangerang disaksikan langsung oleh 29.153 penonton. Angka ini tercatat sebagai yang tertinggi sejauh musim berjalan. Atmosfernya menggema, penuh warna oranye, penuh nyanyian, dan penuh semangat khas The Jakmania.

Hanya berselang dua pekan, laga menghadapi Malut United di tempat yang sama kembali memunculkan cerita serupa. Sebanyak 22.195 penonton hadir, membuktikan bahwa daya tarik Persija di JIS belum surut sedikit pun. Dua pertandingan ini menegaskan posisi Persija sebagai magnet utama liga, baik di kandang maupun tandang.

Tidak hanya itu, melansir dari https://www.strategibola.com mencatat bahwa tiga dari lima laga dengan penonton terbanyak musim ini melibatkan Persija. Detail datanya sebagai berikut:

  1. Persija vs Persita – 29.153 penonton

  2. Persija vs Malut United – 22.195 penonton

  3. Persebaya vs PSIM – 17.456 penonton

  4. Persib vs Semen Padang – 14.853 penonton

  5. Persis vs Persija – 13.980 penonton

Angka-angka tersebut membuktikan bahwa The Jakmania masih menjadi salah satu komunitas suporter paling solid dan militan di tanah air. Setiap laga yang mereka datangi selalu terasa berbeda. Sorak-sorai, bendera raksasa, hingga koreografi di tribun, semua berpadu menjadi tontonan tambahan yang membuat atmosfer pertandingan lebih meriah.

Antara Dukungan dan Finansial Klub

Namun di balik meriahnya tribun, ada realitas finansial yang tidak bisa diabaikan. Direktur Utama Persija, Ambono Janurianto, dalam wawancara beberapa waktu lalu menyebutkan bahwa sekitar 40 persen pendapatan klub berasal dari tiket pertandingan, 50 persen dari sponsor, dan sisanya dari penjualan merchandise. Data ini menunjukkan bahwa tiket tetap menjadi salah satu penopang utama nafas keuangan klub.

Jika melihat angka 29 ribu penonton di JIS dengan asumsi rata-rata harga tiket Rp100 ribu per lembar, potensi pemasukan kotor bisa mencapai lebih dari Rp2,9 miliar hanya dari satu pertandingan. Angka itu belum dipotong pajak, biaya operasional, dan pembagian lain, tapi cukup menunjukkan betapa besar kontribusi suporter jika membeli tiket resmi.

Sayangnya, tidak setiap pertandingan berjalan dengan kapasitas maksimal. Ketua Umum The Jakmania, Diky Soemarno, pernah menegaskan bahwa musim ini Persija tidak selalu bermain di JIS dan tidak setiap laga berstatus “full house”. Itu berarti pemasukan dari tiket tidak selalu stabil. Fluktuasi jumlah penonton bisa langsung terasa dampaknya bagi keuangan klub.

Peran Merchandise dan Sponsor

Selain tiket, ada jalur lain yang bisa memperkuat kas klub: merchandise resmi dan sponsor. Ambono mengakui bahwa kontribusi merchandise masih “kecil sekali” dibanding dua sumber utama lain. Inilah yang menjadi tantangan. Suporter kerap tergoda membeli jersey tiruan yang lebih murah, padahal dari situlah salah satu sumber finansial klub seharusnya mengalir.

Di sisi lain, sponsor amat bergantung pada jumlah penonton di stadion. Stadion penuh bukan sekadar tontonan menarik, melainkan juga sinyal bagi sponsor bahwa Persija punya basis massa yang layak dijadikan mitra. Semakin banyak penonton hadir, semakin besar pula nilai komersial yang bisa dinegosiasikan klub.

The Jakmania: Antara Kebanggaan dan Tanggung Jawab

The Jakmania selama ini dikenal sebagai salah satu kelompok suporter dengan jumlah anggota terbesar di Asia Tenggara. Keberadaan mereka bukan hanya kebanggaan, tetapi juga tanggung jawab. Dukungan di tribun memang luar biasa, tetapi dukungan finansial sama pentingnya.

Bagi komunitas sendiri, Jakmania memiliki pemasukan dari iuran anggota, penjualan merchandise komunitas, hingga penyelenggaraan kegiatan. Namun, itu berbeda dengan kas klub. Jika tujuan utamanya adalah memastikan Persija tetap sehat secara finansial, maka langkah nyata ada pada tiket resmi, merchandise asli, dan dukungan kepada sponsor yang bekerja sama dengan klub.

Malam di JIS: Cerita di Balik Angka

Bayangkan suasana JIS pada malam pertandingan. Suara drum berpadu dengan chant yang kompak, flare menyala, dan kamera televisi menyorot wajah-wajah penuh semangat. Di luar stadion, pedagang asongan menjajakan kaus tiruan, sementara antrean panjang terlihat di gerbang masuk. Di tribun, kamu duduk bersama ribuan Jakmania lain, merasa menjadi bagian dari keluarga besar.

Namun di balik euforia itu, muncul pertanyaan penting: apakah semua energi yang dicurahkan suporter benar-benar sampai kepada klub? Apakah membeli tiket resmi lebih bermanfaat dibanding mencari jalur pintas? Apakah memakai jersey asli lebih berarti dibanding sekadar tampil keren dengan kaus KW?

Kontemplasi Seorang Suporter

Sepak bola selalu tentang cinta. The Jakmania telah membuktikan cinta mereka dengan suara lantang di tribun dan kehadiran masif di stadion. Tetapi cinta juga butuh bukti nyata yang bisa membuat klub bertahan. Tiket resmi, merchandise asli, dan dukungan tertib di stadion adalah bentuk cinta yang paling konkret.

Karena di balik setiap sorakan, ada gaji pemain yang harus dibayar. Di balik setiap koreografi, ada akademi muda yang butuh biaya. Dan di balik setiap kemenangan, ada klub yang berusaha tetap sehat secara finansial.

Mungkin sudah saatnya kita, para suporter, merenung sejenak. Apakah dukungan kita hanya berhenti di suara, ataukah juga sampai pada tindakan nyata yang membuat klub tetap hidup? The Jakmania punya kekuatan besar, dan kekuatan itu akan lebih berarti jika diwujudkan dalam cara yang benar. Karena klub tidak hanya butuh tribun yang penuh suara, tapi juga kas yang tetap bernapas. [bisot]

Loading

Bagikan:
error: