PONDOK GEDE bekasitoday.com– Bertempat di Langit Futsal, Plaza Pondok Gede Lantai 4, Komunitas Penter didukung oleh Pemerintah Kota Bekasi mengadakan kegiatan Bedah Buku Sketsa Masa Lalu Pondokgede karya GJ Nawi, dan Pencanangan Hari Jadi Pondok Gede yang ke-276 tahun, Rabu (2/2/2022).
Nama Pondokgede sebagai sebuah toponim yang tertua tercatat dalam sejarah, di mana tertera pada Vergunning atau izin pendirian pasar di Pondok Gede oleh Gubernur VOC Gustaaf Willem Baron van Imhoff pada tanggal 1 Februari 1746. Dari catatan sejarah tertua tentang nama Pondokgede ini, Komunitas Penter mengusulkan Pencanangan Hari Jadi Pondok Gede pada 1 Februari 1746 yang akan diperingati setiap tanggal 1 Februari oleh instansi terkait dan warga masyarakat Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat.
“Maksud dan tujuan pencanangan Hari Jadi Pondok Gede yang akan diperingati setiap 1 Februari ini semata-mata hanya ingin membangkitkan kembali memori kolektif masyarakat terkait sejarah Pondokgede di masa lalu, dan mengenalkannya ke khalayak umum serta menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya untuk menghadapi kehidupan di masa kini, dan tantangan di masa depan, “ujar KH.Syamsudin HS., M.Ag, selaku Direktur Penter sekaligus Ketua Panitia kegiatan ini.
Sementara, Wakil Gubernur Jawabarat sangat menyambut baik usulan hari jadi Pondok Gede, Kota Bekasi, yang akan diperingati setiap 1 Februari dengan menggelar Festival Budaya Pondok Gede. Karena bagian dari sikap Hubbul Wathon Minal Iman atau Cinta Tanah Air bagian dari Iman.
“Hal ini juga merupakan bukti kecintaan masyarakat Pondok Gede terhadap daerah kelahirannya dan bagian dari upaya untuk melestarikan sejarah sebagaimana pesan Bung Karno Presiden RI pertama yaitu Jasmerah (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah), “ujar Uu Ruzhanul Ulum dalam kata sambutannya.
Dalam sambutannya mewakili PLT Walikota Bekasi Camat Pondok Gede, Ahmad Syahroni, S.Sos., M.Si mengatakan bahwa dirinya merasa gembira karena daerah kelahirannya Pondok Gede diusulkan memiliki hari kelahiran yang rencananya akan diperingati setiap tahunnya dengan Festival Seni dan Budaya Asli Pondok Gede.
“Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak H.Uu Ruzhanul Ulum, SE selaku Wakil Gubernur Provinsi Jawa Barat yang telah menyetujui usulan kami agar 1 Februari diperingati sebagai Hari Jadi Pondok Gede dan kami akan terus mendorong agar Pemerintah Kota Bekasi dan Provinsi Jawa Barat, untuk segera memproses dan mengesahkan usulan ini, ujarnya.
Sekilas Informasi Mengenai Komunitas Penter.
Berangkat dari sebuah keresahan melihat berbagai realitas dalam masyarakat yang masih jauh dari nilai nilai ideal dalam semua bidang kehidupan, ketimpangan ekonomi, akses pendidikan, pergeseran sistem nilai hidup dan agama yang merubah mentalitas, etika serta moralitas manusia serta kegamangan menatap masa depan khususnya di kalangan manusia Betawi menjadi centre point kemunculan Penter, oleh karenanya simbolisme Enlightment (renaisanse) Eropa abad ke-18 digunakan menjadi salah satu konsep simbolik logo Penter karenanya bersimbol penerangan (light) dengan semangat utama menolak kebodohan, irasionalitas dan keterbelakangan (Dark Ages).
Penter muncul sebagai sebuah tawaran entitas komunitas alternatif diantara berbagai kemunculan entitas dan ekspresi identitas kebetawian yang telah ada, tanpa pretensi menyaingi malah sebaliknya melengkapi dengan tawaran konsepsionis, ide, nilai dan ruh yang melatarbelakang berbagai ekspresi budaya itu. Kita sepakati bahwa nilai nilai agama etika dan moralitas umum, tradisi, budaya dan ilmu pengetahuan adalah sebuah kesatuan membentuk entitas peradaban manusia karenanya istilah Kebudayaan secara umum kita fahami bukan sekedar sebuah atraksi pementasan panggung atau seni tapi lebih jauh lagi menyangkut semua ekspresi kehidupan manusia termasuk ilmu pengetahuan, ekonomi dan agama.
Memperhatikan kondisi saat ini dimana ekspresi budaya yang muncul umumnya menampilkan lebih dominan menampilkan tradisi kebetawian dalam bentuk atraksi pentas seni entah itu lenong, topeng, tanjidor, silat, palang pintu dan lain lain yang cenderung sangat menjual sebagai sebuah intertaint dan hiburan yang bernilai ekonomis, kurang yang memunculkan entitas yang bersifat lebih akademis.
Berangkat dari hal di atas, Penter ingin mempelopori suatu usaha untuk kerja yang berbeda dengan konsentrasi antara lain: Penelitian, Seminar, Pelatihan, Penerbitan, Pengembangan Ekonomi, dan lain-lain.
Satu point penting lagi adalah Penter berusaha merangsang langkah langkah inisatif penelitian dan penulisan untuk memberikan pendasaran identitas kebetawian agar minimalnya anak generasi Betawi kedepannya memiliki pemahaman dan kejelasan identitas dirinya hingga tidak mengalami split personality sehubungan dengan identitas jati dirinya, karena dari sejarahnya seseorang akan mengenal siapa dirinya (Anhar Gonggong).
Event perdana Komunitas PENTER (Art, History & Culture) mengadakan kegiatan seminar bertajuk Aku Pondok Gede : Menyibak Gelap Menggapai Terang yang menghadirkan pembicara Dr. Anhar Gonggong (Sejarawan Nasional), Dr. Tri Wahyuning M. Irsyam (Sejarawan UI), WatchDoc Documentary, GJ Nawi (Penulis Buku Maen Pukulan : Pencak Silat Khas Betawi) dan dihadiri oleh tokoh masyarakat, para pegiat sejarah Bekasi, para pegiat seni budaya Betawi dan pejabat daerah Kota Bekasi serta Pameran Foto Pondok Gede Tempo Doeloe, Pagelaran Seni Budaya dan Bazar Etnik di Aula Yayasan Pendidikan Al-Falah Pondok Melati, Bekasi pada Sabtu, 2 Maret 2019.
komunitas Betawi Pondok Gede, komunitas masyarakat keturunan Tionghoa, tokoh masyarakat Kampung Sawah dan tokoh masyarakat adat Kampung Kranggan
Dalam acara Bedah Buku Sketsa Masa Lalu Pondok Gede ini diisi oleh beberapa panelis yang mewakili beberapa elemen, dari akademis terdapat DR. Tri Wahyuning Irsyam, guru besar dan Sejarawan UI, sementara dari elemen masyarakat lokal diwakili oleh tokoh-tokoh masyarakat dan pemimpin non formal, seperti KH. Ridwan Abdullah seorang ulama dan tokoh masyarakat natif Pondokgede, Suta Camin yang menjadi Kokolot atau tetua adat Kampung Adat Kranggan, Aloysius Eko Praptanto budayawan Kampung Sawah yang juga anggota Forum Kerukunan Umat Beragama Bekasi dan Uppala yang menjadi sesepuh dan tokoh masyarakat Tionghoa Bojongnangka, Pondokgede, serta Nurbakti Priambodo narasumber yang lebih bicara pada pengalaman masa lalunya sebagai warga yang tinggal di lingkungan komlek Inkopau Pondokgede (dahulu Landhuis Pondokgede). (Bosang/Bisot).